SATU
NUSA SATU BANGSA
MAKNA
SEBUAH PENGAJARAN
Oleh: Adi Nugroho
Sutejo, S.Pd.
(Staf Pengajar di SMP
Bhakti Mulia Wonosobo)
Satu nusa satu bangsa merupakan jargon harapan yang juga menjadi sebuah
lagu nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hampir setiap tahun pada
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia lagu ini dinyanyikan. Lagu
ciptaan Liberty Manik yang pertama kali disiarkan lewat radio tahun 1947 ini
merupakan lagu inspiratif yang hendak mengajarkan kepada kita semua sebagai
komponen bangsa yang pokok untuk mewujudnyatakan harapan yang tertulis melalui
lirik lagu tersebut yaitu menjadi satu nusa dan satu bangsa Indonesia. Satu
nusa satu bangsa mengandung pengajaran supaya kita yang tinggal di nusa atau
pulau yang berbeda dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki satu
kesatuan pikir untuk menumbuhkembangkan peradaban, etika, dan estetika bangsa.
Menengok
sejarah bangsa ini masa sebelum merdeka pastilah dapat menjadi titik tolak bagi
tercetusnya lagu satu nusa dan satu bangsa tersebut di atas. Sebut saja petikan
isi pidato Soekarno pada Oktober, 1943 berikut:
“Masyarakat baru yang kita sedang susun itu,
tak mungkin kekal kalau kita tidak mencapai kemenangan akhir, karena itu
marilah kita taruhkan perjuangan ini sampai keujung – ujungnya, tahanlah
menderita, tahanlah kesukaran. Kebesaran kita tidak dapat kita capai di atas
kasur bantalnya kesenangan, kesabaran kita itu hanyalah kita bisa capai di
dalam api unggunnya perjuangan” (Nugroho, Arifin Suryo dan Ipong Jazimah,
2011: 6)
Petikan
pidato tersebut ingin membakar semangat juang anak – anak bangsa masa itu dan
masa sekarang setelah merdeka serta memberi pengajaran bahwa untuk meraih dan
mengisi kemerdekaan memerlukan kekuatan bersama. Kekuatan bersama terbukti
paling ampuh untuk dapat mewujudnyatakannya. Ya, hal tersebutlah yang disebut
persatuan bangsa, walaupun kita berbeda bahasa daerahnya, etnis, suku, ras,
status sosial, dan yang lain.
Pendiri
negara dan bangsa ini seperti Soekarno paham benar tentang persatuan di tengah
pluralitas seperti tercermin dalam kehidupan bangsa kita. Namun tak henti –
hentinya beliau mengajak untuk terus berjuang dan berjuang satu tekad tanpa
pembedaan. Beliau mengajak kita supaya memiliki peradaban atau kekuatan pikir
yang cerdas pluralis, etika yang santun terhadap sesama dan pantang menyerah,
demi mewujudkan kekuatan estetika yang harmonis pluralis dalam balutan Bhinneka
Tunggal Ika. Inilah makna pengajaran penting yang harus kita tanamkan kepada
anak – anak bangsa sehingga dapat mengakar dan berbuah pada membudaya dalam
kehidupan bangsa dan negara kita.
Kini tugas
kita untuk meneruskan perjuangan bangsa ini, karena perjuangan bangsa ini belum
berakhir. Kita harus terus berjuang untuk kesuksesan bangsa yang kita cintai
ini. Seperti kata – kata motivasi sukses yang terinspirasi dari Burung Rajawali
yang diungkapkan Benjamin Disraeli: “Rahasia
kesuksesan dalam kehidupan ini adalah ketika seseorang telah bersiap meraih
kesempatannya saat kesempatan itu datang.” (Djalimin, Judirman, 2010: 17).
Marilah kita meraih kesuksesan dengan bergandengan erat bersama – sama, berderap
dalam langkah harmonis, menopang satu sama lain dengan rasa cinta, serta satu
pandangan pada nusa dan bangsa yang harmonis pluralis penuh kekuatan kasih.
Salam Kemerdekaan !
Jelang HUT Republik Indonesia ke 68
Wonosobo, 12 Agustus 2013
Wonosobo, 12 Agustus 2013
REFERENSI:
Djalimin, Judirman. 2010. Pembelajaran
Moral Dari Sifat Binatang. Jakarta: PT. Gramedia Media Komputindo.
Nugroho, Arifin Suryo dan Ipong Jazimah. 2011. Detik – Detik Proklamasi Saat – saat
Menegangkan Menjelang Kemerdekaan Republik. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar