Selasa, 28 Januari 2014

SATU NUSA SATU BANGSA



SATU NUSA SATU BANGSA
MAKNA SEBUAH PENGAJARAN
Oleh: Adi Nugroho Sutejo, S.Pd.
(Staf Pengajar di SMP Bhakti Mulia Wonosobo)
            Satu nusa satu bangsa merupakan jargon harapan yang juga menjadi sebuah lagu nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hampir setiap tahun pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia lagu ini dinyanyikan. Lagu ciptaan Liberty Manik yang pertama kali disiarkan lewat radio tahun 1947 ini merupakan lagu inspiratif yang hendak mengajarkan kepada kita semua sebagai komponen bangsa yang pokok untuk mewujudnyatakan harapan yang tertulis melalui lirik lagu tersebut yaitu menjadi satu nusa dan satu bangsa Indonesia. Satu nusa satu bangsa mengandung pengajaran supaya kita yang tinggal di nusa atau pulau yang berbeda dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki satu kesatuan pikir untuk menumbuhkembangkan peradaban, etika, dan estetika bangsa.          
            Menengok sejarah bangsa ini masa sebelum merdeka pastilah dapat menjadi titik tolak bagi tercetusnya lagu satu nusa dan satu bangsa tersebut di atas. Sebut saja petikan isi pidato Soekarno pada Oktober, 1943 berikut:
            “Masyarakat baru yang kita sedang susun itu, tak mungkin kekal kalau kita tidak mencapai kemenangan akhir, karena itu marilah kita taruhkan perjuangan ini sampai keujung – ujungnya, tahanlah menderita, tahanlah kesukaran. Kebesaran kita tidak dapat kita capai di atas kasur bantalnya kesenangan, kesabaran kita itu hanyalah kita bisa capai di dalam api unggunnya perjuangan” (Nugroho, Arifin Suryo dan Ipong Jazimah, 2011: 6)
            Petikan pidato tersebut ingin membakar semangat juang anak – anak bangsa masa itu dan masa sekarang setelah merdeka serta memberi pengajaran bahwa untuk meraih dan mengisi kemerdekaan memerlukan kekuatan bersama. Kekuatan bersama terbukti paling ampuh untuk dapat mewujudnyatakannya. Ya, hal tersebutlah yang disebut persatuan bangsa, walaupun kita berbeda bahasa daerahnya, etnis, suku, ras, status sosial, dan yang lain.
            Pendiri negara dan bangsa ini seperti Soekarno paham benar tentang persatuan di tengah pluralitas seperti tercermin dalam kehidupan bangsa kita. Namun tak henti – hentinya beliau mengajak untuk terus berjuang dan berjuang satu tekad tanpa pembedaan. Beliau mengajak kita supaya memiliki peradaban atau kekuatan pikir yang cerdas pluralis, etika yang santun terhadap sesama dan pantang menyerah, demi mewujudkan kekuatan estetika yang harmonis pluralis dalam balutan Bhinneka Tunggal Ika. Inilah makna pengajaran penting yang harus kita tanamkan kepada anak – anak bangsa sehingga dapat mengakar dan berbuah pada membudaya dalam kehidupan bangsa dan negara kita.
            Kini tugas kita untuk meneruskan perjuangan bangsa ini, karena perjuangan bangsa ini belum berakhir. Kita harus terus berjuang untuk kesuksesan bangsa yang kita cintai ini. Seperti kata – kata motivasi sukses yang terinspirasi dari Burung Rajawali yang diungkapkan Benjamin Disraeli: “Rahasia kesuksesan dalam kehidupan ini adalah ketika seseorang telah bersiap meraih kesempatannya saat kesempatan itu datang.” (Djalimin, Judirman, 2010: 17). Marilah kita meraih kesuksesan dengan bergandengan erat bersama – sama, berderap dalam langkah harmonis, menopang satu sama lain dengan rasa cinta, serta satu pandangan pada nusa dan bangsa yang harmonis pluralis penuh kekuatan kasih. Salam Kemerdekaan ! 

 Jelang HUT Republik Indonesia ke 68   


 Wonosobo, 12 Agustus 2013

REFERENSI:
Djalimin, Judirman. 2010. Pembelajaran Moral Dari Sifat Binatang. Jakarta: PT. Gramedia Media Komputindo.
Nugroho, Arifin Suryo dan Ipong Jazimah. 2011. Detik – Detik Proklamasi Saat – saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan Republik. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar